Grand Guignol : Teater Berdarah dari Akhir Abad 19

Pernah menonton film "Interview With The Vampire" yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Anne Rice? Dibintangi Tom Cruise dan Brad Pitt tentang petualangan dua vampire necis dan "anak" angkat mereka Claudia yang diperankan Kirsten Dunst, film ini merupakan salah satu favorit saya dan merupakan salah satu film yang membuat saya terpukau terhadap vampire dan gothic imagery itu sendiri. Dalam salah satu scene dimana Louis dan Claudia pindah ke Paris dalam harapan mereka untuk menemukan makhluk sejenis mereka, Louis yang disapa oleh Armand, yang diklaim sebagai vampire tertua yang masih hidup di saat itu, diberi sebuah kartu nama bertuliskan "Le Theatres des Vampires" yang merupakan tempat berkumpulnya klan vampire dalam kedok penyamaran sebagai teater horror. Mereka berpura-pura menjadi manusia yang berpura-pura memerankan vampire, dan merupakan tempat utama berkumpulnya vampire di Paris.

Salah satu adegan di film "Interview with the Vampire" yang menggambarkan suasana panggung Theatres Des Vampires, dimana para Vampire berpura-pura sebagai manusia yang berpura-pura menjadi vampire.
Photo Credit : Warner Bros / Geffen Pictures
Sumber
Tempat yang hampir sama ternyata benar-benar ada. Sebuah teater horror ( atau mereka menyebutnya shock theatre ) yang berlokasi di daerah Pigalle, Paris, Perancis,  yang beroperasi sekitar abad 19 akhir sampai era PD II bernama : Le Théâtre du Grand-Guignol atau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Teater Boneka Besar. Sebuah Teater yang menspesialisasikan dalam pertunjukan horror berdarah-darah. Dikatakan bahwa Teater ini menyuguhkan pertunjukan yang bernuansa terror dengan adegan-adegan gory, yang saking realistiknya bisa membuat penontonnya muntah atau pingsan.

I. Le Théâtre du Grand-Guignol 

Teater Grand Guignol adalah sebuah teater kecil di Paris yang saking terkenalnya memiliki semacam cult status. Berdiri tahun 1894 atas prakarsa Oscar Metenier, seorang penulis dan sekertaris kepolisian, yang mengubah sebuah kapel yang tidak digunakan sebagai gedung pertunjukan kecil-kecilan, dengan hanya berisi 293 kursi, yang diklaim sebagai venue terkecil di seluruh Paris.

Teater Grand Guignol
Credit : Hans Wild / Getty Images
Sumber

Mengingat fungsi sebelumnya sebagai sebuah kapel, maka jejak-jejak arsitektur khas gereja akan sangat terasa.  Misalnya box tiket yang menyerupai tempat pengakuan dosa, serta ciri khas elemen arsitektur Gothic pada dinding, jendela, dan lain-lainnya. Ciri khas arsitektur tersebut justru menjadi strategi marketing yang tepat untuk mempromosikan Teater tersebut, mengingat nuansa yang ditimbulkan seakan seram mulai dari pintu masuk.

Teater ini terletak di daerah yang diberi nama "Quartier Pigalle". Daerah tersebut sudah lama terkenal akan kevulgaran hiburan dewasanya, dan merupakan salah satu tempat wisata di Paris. Toko-toko yang menjual alat-alat kebutuhan seksual berjajar, terdapat juga teater-teater, dan pertunjukan dewasa lainnya. Reputasi yang demikian menciptakan istilah sebutan baru untuk tempat tersebut, Pig Alley, atau Gang Babi pada masa PD II. Daerah tersebut juga terkenal dengan adanya nama-nama teater kabaret seperti Moulin Rogue dan Divan du Monde, serta Museum Seks (  Musée de l'érotisme ).

Kaitan atmosfir erotis tempat tersebut dan Teater Grand Guignol agaknya berpengaruh. Satu hal yang cukup menarik tentang Grand Guignol adalah disewakannya tempat-tempat yang menyerupai kabin kotak kecil di bawah balkon, yang dulu digunakan biarawati untuk menyaksikan kegiatan pelayanan ibadah, sebagai tempat berbuat mesum ( if you know what I mean .. LOL ). Ini dikarenakan bahwa atmosfir pertunjukan dikatakan membuat beberapa orang mengalami sensasi yang kuat, bahkan merasa terangsang. Tak jarang para aktor terpaksa berteriak untuk memperingatkan agar "penghuni kabin" tidak membuat suara ribut karena akan mengganggu suasana pertunjukan.

Kabin yang disewakan, berada dibawah balkon
Credit : Hans Wild / Getty Images

II. Oscar Metenier dan Pengaruh Naturalisme

Oscar Metenier, sang pendiri sekaligus sutradara Teater Grand Guignole adalah seorang penulis yang sangat terinspirasi oleh aliran seni Naturalisme: Sebuah aliran seni yang berusaha menjabarkan ilusi kehidupan secara sempurna. Kebanyakan dari karya tulis dan drama nya terinspirasi dari kenyataan-kenyataan pahit Kota Paris itu sendiri : Prostitusi, kriminalitas, anak jalanan, kerusakan moral, kengerian, rasisme, kotoran, wabah penyakit, dan lain sebagainya. Pekerjaannya disamping sebagai sutradara dan penulis ialah seorang sekretaris untuk komisaris polisi, yang memungkinkannya untuk lebih leluasa dalam mengobservasi dunia gelap kriminalitas Kota Paris secara mendetil.

Potret diri Oscar Metenier.
Sumber : Wikipedia

III. Pertunjukan


Teater Grand Guignole menyuguhkan pertunjukan yang original dan berkesan mendalam ( terlebih bila cipratan darah mengenai bajumu dan kau melihat seseorang dibantai secara langsung.. ). Intensitas adegan yang diramu sedemikian rupa dengan special effect yang mendekati nyata membuat penonton benar-benar merasakan kengerian yang kental. Adegan-adegan seperti pencungkilan bola mata, operasi, pembunuhan, dan adegan lain yang membutuhkan banyak.. banyak.. banyak sekali darah palsu untuk "menjamu" para pemirsa langsung. Pentas tersebut dilengkapi dengan penambahan elemen melodramatis, yang juga sering menyuguhkan pesan tentang kerusakan moral, dendam, dan pesan seperti bahwa kejahatan tidak memerlukan motif yang kompleks untuk dapat terjadi. 

Salah satu poster promosi Grand Guignol
Sumber: wikipedia
Brutalnya adegan dan kesempurnaan efek panggung memunculkan banyak reaksi oleh penonton, walau lebih sering berupa muntah-muntah dan pingsan. Sebenarnya tersedia dokter dan tenaga medis yang bersiaga untuk menolog penonton-penonton yang malang tersebut. Namun bukan berarti mereka juga tahan terhadap kengerian yang ditawarkan Grand Guignol. Seorang asisten dokter malah pingsan terlebih dahulu pada suatu kesempatan.

Salah satu adegan "cungkil mata".
Credit : Hans Wild / Getty Images
Banyak nama yang terlahir dari reputasi brutal dan mengerikan dari teater ini. Kengerian dan kekentalan elemen berdarah-darah semakin intense setelah Oscar Metenier mengalihkan jabatan sutradara dan teaternya pada Max Maurey, yang kemudian menemukan Andre de Lorde, salah seorang penulis Grand Guignol paling terkenal yang memiliki julukan "Pangeran Teror". Paul Ratineau, dalang dibalik suksesnya efek panggung yang mendekati nyata. Paula Maxa, sang aktris yang sering memerankan peran korban. Karakter yang diperankan Maxa sangat sering berakhir tragis dalam kematian mengerikan, total mati sebanyak lebih dari 10.000 kali dan diperkosa sebanyak 3.000 kali.

IV. Penutupan Teater dan Pengaruh Terhadap Budaya Populer

Saat teater dalam penanganan Jack Jouvin popularitasnya mulai memudar. Tema horror dan gore yang sebelumnya sangat dominan dibawakan di teater tersebut berangsur menjadi Drama Sikologis. Keadaan ini diperparah dengan pecahnya PD II, yang membayang-banyangi kepopuleran topik Grand Guignol, menyuguhkan realita nyata bahwa apa yang mungkin mereka pikir tidak akan terjadi di dunia nyata akhirnya terjadi.

Sutradara terakhir Grand Guignol, Charles Nonon, menyatakan "Kita tidak akan pernah bisa menyamai Buchenwald ( sebuah kamp konsentrasi milik Nazi ), Sebelum perang pecah semua orang merasa bahwa apa yang terjadi si atas panggung adalah sesuatu yang tidak mungkin. Sekarang kita tahu, bahwa hal ini, dan hal-hal lain yang lebih buruk, adalah mungkin terjadi dalam kenyataan".

Teater Grand Guignol akhirnya tutup pada tahun 1962, karena semakin sedikitnya penonton yang datang.

Pengaruh Grand Guignol berdampak juga terhadap budaya populer. Istilah Grand Guignol sendiri akhirnya digunakan untuk menyebut hiburan dramatis penuh darah, kegilaan dan kebrutalan. Begitu juga dengan film-film horror karya studio Hammer yang agaknya terinspirasi dari konsep Teater Grand Guignol. Lalu ada juga tren film horror penuh darah di era 70an dengan fim seperti Texas Chainsaw Massacre, penuh kekerasan dan intensitas. Karya musikal Stephen Sondheim, "Sweeney Todd : The Demon Barber of Fleet Street" juga patut diberikan perhatian, berbasis dari cerita pendek dari seri Penny Dreadful yang kemudian belakangan difilmkan oleh Tim Burton, dibintangi Johnny Depp dan Helena Bonham Carter.

Sebagai penutup, berikut saya cantumkan beberapa gambar tentang Grand Guignol. Mayoritas diambil dari Getty Images, Life.com, wikipedia dan sumber - sumber lainnya. Selamat "menikmati" ;)

With Love and Dementia,


SATURNUS.












DIY : IT'S PAINTING TIME !!!

Berhubung disini sulit untuk mendapatkan barang-barang berlogo band kesayangan, maka saya memutuskan untuk melukisnya sendiri. Kali ini diatas sebuah tas yang cukup membosankan ( Hitam polos ). Saya mencoba untuk melukis album art album self titled nya Cinema Strange dengan latar belakang ngengat abu-abu. Sebenarnya sudah ada banyak store yang menjual aksesoris seperti tas dan kaos berlogo band, namun kebanyakan Metal. Namun sangat sulit untuk menemukan yang berlogo band Goth atau Deathrock, opsi lain mungkin bisa dengan meminta bantuan jasa sablon, tapi saya lebih suka melukisnya sendiri, karena selain lebih murah tentunya, ada rasa kebanggan tersendiri dan suatu kesan pribadi dari benda-benda yang dibuat dengan tangan sendiri.

Saya tidak sempat mendokumentasikan caranya, dan saya kira juga tidak perlu karena cukup mudah. Pada dasarnya hanya melukis diatas media tas kain warna hitam. Saya menggunakan cat akrilik, yang walaupun tidak 100% tahan luntur, namun dengan perawatan yang tepat hasil lukisan ini bisa tahan lebih lama tanpa pudar. Let's see how it turned out, shall we ? :)


Ada Jack Skellington numpang nampang juga haha.. 

Mungkin tidak semirip album art aslinya :p

Anyway, saya sudah sering menggunakan cat akrilik untuk diaplikasikan diatas kain, dan selama ini tidak pernah luntur. Bagaimanapun ada satu merek cat akrilik yang tidak akan saya gunakan lagi karena hasilnya tidak bagus, dan sangat mudah terhapus bila basah. Pada saat itu saya berniat coba-coba merk lain, dan ternyata.. lebih baik menggunakan merk lama yang sudah saya gunakan berkali-kali.

Agar cat akrilik tidak gampang terhapus atau luntur bila basah, saran saya apabila terkena air jangan disentuh. Menyentuh cat kering yang biasanya bisa kembali lembab dan basah dalam kondisi tertentu dapat menghapus cat tersebut dan membuatnya berantakan. Usahakan menghindarkannya dari kondisi basah, apabila sudah terlanjur, jangan disentuh, keringkan kembali maka akan kembali seperti sediakala. 

Kondisi tersebut hanya terjadi beberapa kali saat cat masih baru. Apabila sudah terkena sinar matahari lumayan lama dan terkena gesekan sehingga mengeraskan permukaan cat, maka terkena basahpun bukan masalah. Walaupun begitu apabila hendak mencucinya janganlah terlalu kasar, sikat dengan lembut tanpa perlu menggunakan banyak sabun, dan keringkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung karena bisa membuat permukaan cat retak. 

I hope you found it interesting, till then.. :)

With love and dementia,



Yhudiz Dracoz

BABYBAT DRAMA : It's Not Goffik Enuf, I don't Like It !


First of all, what is a Babybat ?
Menurut saya pribadi, Babybat adalah mereka yang sedang dalam tahap perkenalan terhadap dunia Goth, untuk ini saya memberi poin lebih kepada pengenalan terhadap musiknya. Kebanyakan namun tidak selalu, Babybat adalah evolusi dari Mallgoth yang "Insaf" dan berusaha untuk mengenal Goth music. Term Babybat sendiri pada awalnya adalah sebuah ejekan, a derogatory, namun sepertinya seiring berjalannya waktu term ini tidak lagi semata adalah istilah penghinaan, dan lebih merujuk pada fase-fase awal dimana seseorang mulai mengenal Goth culture. Gambaran umum tentang Babybat biasanya berupa mereka yang masih kurang bisa menyesuaikan diri dengan warna musik Goth Rock, bisa juga mereka yang masih bingung dalam hal make-up, attire, persepsi, dan lain sebagainya.

Hal yang paling sering ditemui seoranga Babybat yang baru memulai menjelajah ranah Goth Rock mungkin adalah :
" Musik ini tidak berkesan Gothic, sementara musik yang jelas-jelas bernuansa seram, orkestral, dibilang bukan Goth Music "
 Ah, well... mungkin jawaban yang bisa saya berikan adalah :
" Believe it or not, saya dulu sangat menyukai Nightwish, Within Temptation, Epica, dll yang notabene bukan Goth Music melainkan Metal. Saya juga sempat berada dalam fase 'salah kaprah' dengan menyebut band-band tersebut sebagai Goth Music. Lalu saya diarahkan dan disarankan untuk mencoba Goth Music oleh seorang teman via Online Chat. Jujur... pada awalnya saya kurang suka ( waktu itu lagu yang saya dengarkan adalah Siouxsie and The Banshees - The Passenger ( Iggy Pop cover ) "
I was a Babybat too, kebanyakan dari Goth pernah mengalami fase ini, terkecuali bila kamu lahir di era 80 atau awal 90an, saat dimana Goth Scene masih sangat pure tanpa kontaminasi label-label "asal" dan histeria keliru dari media. It's a common thing. Kadang saya masih menggelengkan kepala dan menepuk dahi saat melihat kembali referensi saya tentang Goth pada saat itu : Musiknya, cara berpenampilan, cara bertingkah laku, reaksi, dan lain-lain. Memalukan, namun itu adalah bagian dari proses.

Tak putus asa dan terus mencoba, saya mulai mencari referensi Goth Music lain. Mulai dari playlist orang lain, kompilasi, youtube video, daftar peringkat di forum, hingga bertanya pada Goth lain tentang lagu-lagu atau band apa yang mungkin akan saya sukai. Pemikiran saya pada saat itu adalah : Goth adalah budaya berbasis musik, maka akan sangat memalukan bila saya sama sekali tidak mengenal musiknya, itu seperti bilang bahwa saya suka es krim namun saya tidak suka manis. Berbagai subgenre musik gelap selain Metal ( Karena sebelumnya saya sudah sangat mencintai Metal, dan ingin mencari sesuatu yang baru ) saya coba, mulai dari Ethereal, Goth Rock, Deathrock, New Wave, Horror Punk, Psychobilly, Dark Ambient, Neo-Classical Darkwave, Drone, sampai EBM dan Aggrotech.

Dalam proses mengenal musik secara lebih luas tersebut saya mendapatkan hal yang lebih penting daripada sibuk mengidentifikasikan diri dan berusaha untuk "Fit in the box" yaitu pandangan yang lebih terbuka tentang musik dan Goth Culture dalam arti luas. Hal yang sebelumnya belum pernah saya coba dan.. cenderung saya hindari akhirnya menjadi beberapa genre favorit saya, termasuk beberapa genre yang tidak gelap seperti sedikit musisi Jazz, Klasik, Pop, dan yang baru-baru ini saya gemari Chanson Francaise.

Bagaimana dengan Goth Music ? Tentu saya akhirnya menemukan banyak musisi dan band favorit, bahkan saya juga mulai menyukai Siouxsie and The Banshees, kecuali untuk lagu Israel yang sepertinya memang tidak mampu saya nikmati bagaimanapun caranya. Beberapa yang sangat sering saya putar adalah Solemn Novena, Clan of Xymox, Alien Sex Fiend, Die Laughing, Sopor Aeternus, Bauhaus, The Cure, The Sisters of Mercy, The Merry Thoughts, The Virgin Prunes, Cinema Strange,  Inkubus Sukkubus dan masih banyak lainnya.

Kesimpulan saya adalah, terus coba band lain., karena Goth itu lebih dari sekedar Bauhaus, atau Sisters of Mercy. Ada berbagai macam warna musik yang ditawarkan Goth Music yang mungkin tidak akan pernah kamu temukan bila kamu sudah menyerah dalam percobaan pertama. Bagaimana kamu bisa bilang tidak suka kalau kamu sudah menyerah saat menginjakkan kaki di gerbang masuk ? Dang ingat, menyukai Goth Music tidak membatasi kebebasan kamu untuk menyukai yang lain, tentu kamu masih diperbolehkan mendengar genre lain, bahkan yang selama ini banyak dianggap "payah" seperti Marilyn Manson, Evanescence, dll.. namun ingat, genre tersebut bukan Goth dan bukan pembentuk atau bagian dari Goth Culture itu sendiri. Bagaimana dengan musik yang tidak gelap seperti Dance misalnya ? Silahkan saja, kalau suka maka itu hak kamu. Saya juga kadang masih memutar lagu-lagu Michael Buble jika memang sedang ingin mendengarkan musik yang tidak terlalu berat.

Goth is about embracing the dark mysterious yet morbid aesthetics that most people ignore because it's against their "standard" of beauty, Goth is Goth Rock at the first place, But as time goes by it gets wider and more various, yet still holding dearly to it's roots and origin, Goth is loving darkly beautiful form of arts without forgetting who you really are and the world you live in.

With love and dementia,


SATURNUS
Currently listening to : Jacquy Bitch - Cemetiere


COFFEE BREAK with YHUDIZ DRACOZ : NOUVELLE VAGUE - BANDE A PART


Pendamping sempurna untuk secangkir kopi ? 
Let's have some Nouvelle Vague ! 
 Secangkir kopi hangat untuk sore hari yang mendung mungkin adalah kombinasi sempurna, ditambah suguhan musik lembut yang memanjakan telinga yang sebenarnya bukan band baru, namun berkesan beda . Nouvelle Vague - Bande A Part, sebuah Cover Band dari perancis yang membawakan kembali lagu-lagu New Wave dan Post-Punk lawas dalam format Longue. Sungguh menarik.

Pertama kali saya mengetahui band ini saat saya sedang asyik menikmati playlist dari Goth Radio Cathedral 13, yang selama ini telah membantu saya untuk menjelajah goth scene. Saat itu lagu "Bela Lugosi's Dead" yang termahsyur yang dulu dibawakan oleh Bauhaus bermain, namun dibawakan oleh band bernama Nouvelle Vague. Nuansa gelap dan atmosferik masih kental, walaupun sound lebih easy listening, plus warna suara vokalisnya yang manis membuat saya jatuh cinta pada versi ini. You can guess what happened next...

Akhirnya saya mencoba beberapa album, dan kali ini adalah Bande A Part. Daftar lagu dalam album ini cukup menarik, terutama karena ada beberapa lagu favorit saya seperti The Killing Moon ( Echo & The Bunnymen ), Dance With Me ( Lords of The New Chruch ), Dancing with Myself ( Billy Idol ), Blue Monday ( New Order ), dan tentu saja Bela Lugosi's Dead ( Bauhaus ).

Overall, impresi saya tentang album ini adalah : Manis. Entah kenapa atmosfir album ini sangat enak dinikmati diwaktu senggang, terlebih saat bersantai. Momen yang paling menyenangkan adalah saat lagu Dance With Me mulai bermain, berhubung saya sangat menyukai lagu yang dulu dibawakan oleh The Lords of The New Church ini. Human Fly, yang dulu dibawakan oleh The Cramps juga terlihat lebih seksi ( hehehe.. ) saat dibawakan Nouvelle Vague. Sementara lagu Dancing with Myself yang dulu dibawakan Billy Idol, tetap membuat kaki sulit untuk berhenti menghentak, mengikuti irama lagu yang gembira. Beberapa lagu juga dilengkapi soundscape yang semakin mendukung atmosfir yang disuguhkan.

Sungguh sebuah suguhan yang simpel, manis, dan menakjubkan dalam waktu yang sama.  :)
Terlepas dari perubahan drastis pada nuansa beberapa lagu dibandingkan versi-versi aslinya di tahun 80an, album ini layak untuk dijadikan teman minum kopi sambil membaca buku.

INFORMASI:
Album Cover.
Source

Judul Album  : Bande A Part
Musisi : Nouvelle Vague
Label : Peacefrog
Tahun Rilis : 2006
Official Artist Profile dari Peacefrog : http://www.peacefrog.com/artists/nouvelle-vague ( You can buy the album here too )


With love and dementia,


SATURNUS


GOTH : The Good, the Bad, and the Ugly. Part 2. Miskonsepsi


2. Miskonsepsi

Seiring perkembangannya, Goth mulai lebih bertambah peminatnya, dan otomatis semakin sering terdengar oleh kalangan awam. Goth yang pada awalnya terdiri dari orang-orang yang memiliki faham serupa dalam menilai musik, estetika, dan lain sebagainya mulai menarik minat orang lain yang beberapa bahkan tidak mengapresiasi musiknya, atau bahkan tidak tahu menahu apakah Goth itu sebenarnya. Selain itu Goth juga menjadi semacam konsumsi media, karena image Goth sendiri yang gelap, dan kadang cenderung provokatif karena dalam Goth sendiri tidak ada lagi batas tabu dan tidak, Goth cenderung mengangkat tema seperti kematian, kegelapan, dan kengerian yang merupakan hal-hal ganjil dan tabu dalam budaya awam. Goth kemudian mulai dihubung-hubungkan dengan hal-hal ( yang tidak sepenuhnya benar ) seperti satanisme, kecenderungan bunuh diri, masokisme dan sadisme, kriminalitas, dan terrorisme.

Goth yang pada awalnya adalah sebuah scene musik penuh kreatifitas dalam bentuk yang lebih gelap, berangsur-angsur menjadi sebuah ancaman terhadap budaya mainstream populer serta kehidupan sosial dalam arti luas, yang walaupun lebih sering tidak benar karena anggapan-anggapan tersebut tidak lebih dari sekadar upaya mengkambing-hitamkan Goth. Mulailah terbentuk situasi dimana orang-orang mengecam Goth dan menuduhnya sebagai budaya sampah dan berbahaya, ada yang mengecam Goth karena dianggap merusak moral, mempromosikan seks bebas, narkoba, sekte, bunuh diri, pembunuhan, dan kejahatan. 

A. GOTH POSEUR & MALLGOTH

Penimpaan tuduhan dan hujatan tersebut diperparah dengan munculnya.. VARIETAS baru yang kita sebut sebagai "Goth Poseur" ( sering disebut juga Mallgoth ), yang diatas segalanya, menyebut dan menggembar-gemborkan diri mereka sebagai goth serta membawa hal-hal tersebut terlalu jauh. Mereka ini.. para Mallgoths, yang kebanyakan tidak tahu menahu dan tidak mendengarkan Goth Rock, Deathrock, atau Darkwave, seringnya hanyalah sekelompok remaja puber yang sedang dalam fase pencarian jati diri. Dalam fase ini remaja cenderung untuk mencoba-coba tanpa pikir panjang, dan mulai meniru-niru. Mallgoth cenderung beranggapan bahwa musik Goth adalah band-band seperti Slipknot, Marilyn Manson, Evanescence, Cradle of Filth, dan band-band yang bukan Goth Rock namun memang memiliki tema-tema dan tampilan panggung yang gelap. Mereka juga seringnya mencoba untuk tampil sesangar mungkin dalam artian yang buruk dan seringnya tidak sesuai satu sama lain. Kebanyakan mereka juga beranggapan bahwa menjadi Goth berarti harus terlihat selalu depresi, marah, dan mengutuk seluruh isi bumi hingga akar-akarnya, walaupun sebenarnya tidak ada yang salah dengan hidup mereka. 

Kemungkinan Pemicu :
  • Merebaknya histeria musik alternatif yang cenderung gelap yang mengambil unsur estetika dari Goth culture ( atau lebih tepatnya Dark Imagery ), walaupun musik mereka jauh dari sound Goth Rock / Deathrock / Darkwave. Band-band yang bisa masuk dalam kategori ini mungkin seperti Korn, Marilyn Manson, Slipknot, Evanescence, dan beberapa band metal seperti Nightwish dan Cradle of Filth.
  • Band-band tersebut memiliki pangsa pasar mainstream yang lumayan banyak, ditambah lebih sering muncul di televisi. Beberapa media kemudian memberi label band-band tersebut sebagai Goth tanpa memperdulikan nuansa musik yang mereka bawakan.
  • Pemirsa-pemirsa muda yang belum tahu-menahu tentang Goth terpesona dengan suguhan musik dan image yang dibawakan, mereka mendengar bahwa hal tersebut diberi label "Goth" oleh media
  • Mereka mulai tampil sedemikian rupa : menjadikan diri mereka seseram mungkin, termasuk berlaku sedramatis mungkin dengan seperti duduk diam di sudut ruangan, melihat sekeliling dalam tatapan benci, mengaku-ngaku sebagai pemuja setan, dan mengglamorisasikan bunuh diri dan pembunuhan.
  • Ditambah kebanyakan kaum-kaum muda seperti ini mengalami bullying di sekolahnya karena penampilan mereka, yang mungkin juga terjadi karena mereka mengambil sisi gelap itu terlalu berlebihan.
Tentu fase ini akan berakhir, mungkin dalam 2 hal yang berbeda. Mereka mungkin akan menyadari bahwa apa yang mereka lakukan terlalu berlebihan, namun mereka masih sangat mencintai hal-hal gelap ini, ditambah mungkin seloroh dari seorang Goth yang benar-benar Goth, yang mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan bukanlah Goth sama sekali ( dalam beberapa hal, bila mereka bertemu kalangan Goth Elitist, mungkin mereka akan diejek karena menjadi Poseur ) dan mulai belajar untuk menjadi Goth yang seharusnya ( Tahap Babybat ). Mungkin mereka juga akan kehilangan minat dan kembali menjadi penduduk awam ( dalam hal ini Goth adalah sebuah fase, bukan jati diri orang tersebut ).

Poseurisme ini kemungkinan tidak akan menemui rantai terakhir dalam waktu dekat. Masih terdapat miskonsepsi yang kental yang disebarluaskan oleh persepsi keliru masyarakat dan media tentang Goth culture. Musik-musik non-Goth juga masih wara-wiri mengibarkan label "Goth" mereka, dan masih banyak stok remaja puber yang masih dalam tahap pencarian jati diri yang siap menyerap semua hal itu tanpa pembahasan, investigasi, dan pikir panjang. 

Apakah poseurisme ini mengganggu ? Tentu, terutama untuk para Goth, yang sebenarnya melakukan hal-hal gelap tersebut dalam batas seni dan kreatifitas. Mereka yang hidup bahagia namun sangat amat mencintai literatur Gothic misalnya jadi ikut-ikutan dituding sebagai pemuja setan atau lainnya. Mereka yang tampil indah dalam balutan gaun-gaun gelap, korset, dan parasol dicap oleh orang-orang yang tidak mengerti sebagai pecundang, pembunuh, dan maniak bunuh diri. Hal-hal ini tentu sangat mengesalkan, dan sudah sepantasnya dihentikan. Goth hanya senang mengaplikasikan seni dalam bentuk lebih gelap dalam hampir setiap sendi kehidupannya, termasuk make-up, pakaian, dekorasi ruangan, dan lain sebagainya.

B. GOTH : MITOS & FAKTA
Kita sudah membahas bahasan umum dan lumayan panjang tentang konsep dasar miskonsepsi Goth culture dan akibatnya pada kehidupan sosial masyarakat awam maupun keadaan dalam scene goth itu sendiri. Kali ini saya akan menuliskan beberapa hal yang sering dikatakan orang tentang goth, diikuti anggapan saya tentang hal tsb apakah MITOS atau FAKTA :

SEMUA GOTH SELALU MEMAKAI SERBA HITAM TANPA WARNA LAIN : MITOS
Goth memiliki kecenderungan untuk menyukai warna-warna gelap, dan hitam merupakan warna tergelap. Namun bukan berarti mereka tidak pernah memakai warna lain, bahkan warna pink bisa terlihat Gothic bila dipadu-padankan dengan hal yang tepat. Namun memang benar ada pula banyak Goth yang lebih memilih warna hitam dan monokrom saja, dan itupun sama kerennya dengan warna lain. 

GOTH ADALAH TENTANG DEPRESI DAN KESEDIHAN : MITOS
Penggambaran suasana sedih, gelap, dan brooding hanyalah sebatas estetika seni, bisa dalam lirik lagu atau visual. Beberapa Goth memang memiliki masalah dengan Depresi, seperti halnya banyak juga orang lain yang bukan Goth. Kondisi mental seseorang tidak ada hubungannya dengan mengapa orang tersebut menjadi Goth.

SEMUA GOTH ADALAH PEMUJA SETAN : MITOS
Agama dan kepercayaan tidak ada hubungannya dengan ke-Gothic-an seseorang. Walaupun beberapa band seperti Christian Death ( terutama album Only Theatre of Pain ) menyuguhkan lirik-lirik berbau anti-agama dan menyinggung "Satan is by far the kindest beast" bukan berarti semua Goth adalah satanis. Tentu ada segelintir Goth yang memeluk keyakinan tersebut, namun masih banyak juga yang tidak. Seperti halnya masyarakat luas, dalam Goth terdapat berbagai macam orang dengan latar belakang relijius yang berbeda-beda pula.

DALAM GOTH CULTURE TOLERANSI SANGAT DIJUNJUNG TINGGI : FAKTA
Dalam Goth Culture tidak ada orang yang takut untuk menjadi dirinya sendiri : Tidak ada yang takut mengakui bahwa dia adalah seorang Gay, Lesbian, Biseksual, atau Transgender, tidak ada yang takut untuk memeluk agama tertentu, tidak ada yang malu karena warna kulit dan ras, dan juga tidak akan ada orang yang mengejek seseorang karena dia gay, berkulit hitam, difabel, dan lain sebagainya. Namun tentu saja selalu ada telur busuk didalam sekumpulan telur-telur berkualitas, selalu ada orang-orang yang menghina orang lain hanya karena mereka berbeda. Namun jumlah telur busuk tersebut sangatlah sedikit daripada jumlah goth yang memang menjunjung tinggi toleransi dan anti diskriminasi.

ANDROGINITAS ADALAH HAL YANG BIASA DALAM GOTH CULTURE : FAKTA
Goth memiliki kebebasan estetik yang sangat mengagumkan, termasuk dalam berpakaian. Androginitas, yang juga dominan di era 80-an dengan orang-orang seperti Boy George dan Pete Burns juga berdampak pada Goth Culture. Lihat saja bagaimana banyak pria goth yang memakai make-up, bahkan berdandan seperti perempuan, memakai rok, gaun, dan lain sebagainya. Hal tersebut tentu tidak memiliki hubungan langsung dengan orientasi seksual mereka, banyak pria goth yang memakai rok ternyata pria tulen dan straight, bahkan menjadi alternative model dan menghasilkan uang dengan aspek androginitasnya itu. Tentu saja pilihan untuk tampil Androgynous adalah pilihan, tidak semua Goth berpenampilan seperti lawan jenis.

MUSIK METAL = GOTH : MITOS
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, Metal dan Goth adalah dua subkultur yang berbeda. Walaupun memang ada genre fusi dari keduanya ( Gothic Metal ) namun genre tersebut lebih mencirikan karakteristik musik Metal daripada Goth Rock. Goth yang menyukai metal tentu boleh-boleh saja, karena pada dasarnya itu hak pribadi. But still.. menjadi Goth setidaknya harus mendengarkan Goth Rock. Hanya karena Metalheads juga cenderung menyukai tema gelap dan pakaian hitam tidak serta merta mereka ada hubungannya dengan Goth culture yang memiliki kecenderungan sama.

Malahan, ada suatu fenomena unik dimana Goth dan Metalheads saling membenci satu sama lain. Fenomena itu mungkin tidaklah seluas yang kita kira, namun memang benar ada. Dari yang saya amati beberapa Metalheads membenci Goth karena image Goth yang lebih feminim dan mendukung crossdressing ( berdandan seperti lawan jenis ), begitu pula sebaliknya.

GOTH TIDAK DIPERBOLEHKAN MENDENGAR MUSIK NON-GOTH : MITOS
Ini adalah persepsi bodoh dan berlebihan. Tentu saja Goth boleh mendengarkan musik lain yang bukan goth. Lihat saja betapa banyak Goth yang bahkan menyukai Lady Gaga. Di masa awal perkembangannya sendiri banyak juga Goth yang menyukai musik mainstream non-goth seperti New Wave dan Elektronika misalnya. Beberapa lagu yang dibawakan musisi Non-Goth juga sering terselip dalam kompilasi dan Mixtape Gothic, seperti misalnya Depeche Mode, Soft Cell, Ultravox, B-Movie ( band futuris ), Tori Amos, bahkan Enya dan Duran Duran.

SEMUA GOTH BERDANDAN GOTHIC : TIDAK SELALU 
Mari kita beri contoh : Bagaimana kita tahu seseorang benar-benar goth hanya dari penampilan saja ? Pria berumur sekitar 40an yang duduk di sebuah kedai kopi, memakai polo shirt hitam dan menikmati kopinya.. ternyata tahu dan hafal semua studio release dari band Sisters of Mercy. Gadis sederhana dalam balutan kemeja biru itu ternyata adalah penggemar setia Switchblade Symphony. Pekerja kantoran itu di waktu senggangnya suka menikmati karya - karya cerita dan puisi Edgar Allan Poe serta membaca banyak literatur Gothic. Penjaga perpustakaan yang pendiam yang memakai blouse putih itu mempunyai koleksi album Sopor Aeternus yang lumayan lengkap. Saya cukup percaya diri untuk menyebut mereka Goth walau mereka tidak berdandan seperti Goth.

Sebab poin utama dalam Goth culture menurut saya adalah apresiasi terhadap Goth Music. Fashion dan lain-lain bisa dimasukkan ke poin tambahan.

Mungkin pembaca sekalian memiliki fakta / mitos tentang Goth yang pernah didengar ? Share them with me.. :)

With love and dementia, 


SATURNUS.
Currently listening to :Angels of Liberty - Black Madonna
 NB: BACA JUGA :
Fact or Fiction ? : Goth Myths by Amy Asphodel
Myths and Stories: Goth Stereotypes. by Gothtypes wikia
MYTHS ABOUT GOTHIC totally must read buat yang tidak terlalu suka pembahasan yang terlalu panjang
Gothic Myths and Gothic Facts. One more interesting article. 

GOTH : The Good, the Bad, and the Ugly. Part 1. Goth Subculture


Apa yang terlintas di benak anda bila saya menanyakan " Goth / gothic itu apa sih ? "

Sekumpulan orang berpakaian hitam-hitam ?
Vampire?
Pemuja setan?
Musik ?
Fashion ?

 Sering kali ada slentingan sensasi gatal di hati saya saat melihat topik seperti ini yang diangkat ke permukaan, Goth Subculture, atau untuk selanjutnya kita sebut Goth saja.

 Goth bisa mencakup banyak hal, tergantung kita membahasnya dalam konteks apa ( Goth Tribe / peradaban suku barbar goth, Arsitektur gothic, subkultur gothic, fiksi gothic ). Goth dalam bentuk modern sekarang ini sudah banyak bercampur dengan subkultur lain, dan oleh karenanya batas original dan campuran antara goth dan subkultur lain sering sudah bercampur aduk dan kabur. Dalam konteks bahasan kali ini saya akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan goth, problematika, miskonsepsi, dan hal-hal lain yang membentuk komunitas yang sangat keren ini.

1. GOTH, TENTANG SEJARAH SUBKULTURNYA

A. Pergerakan Awal
Apa sih goth itu ?
Goth adalah sebuah subkultur atau budaya modern yang berkembang di Inggris di akhir 70 dan awal 80 an, merupakan bentuk turunan dari subkultur post-punk yag muncul setelah histeria punk rock di Inggris pada saat itu sudah mulai melemah. Beberapa band punk rock ada yang berpindah ke genre lain, sementara beberapa yang lain sudah tidak merilis karya terbaru. Dalam masa hampa ini beberapa band yang masih terinspirasi oleh musik punk mulai membuat gerakan-gerakan baru, yang walaupun masih memiliki ciri khas dari budaya punk rock namun mencoba untuk memberi poin domainan dalam pendekatan musik secara seni. Perkembangan instrumen elektronika juga mulai muncul di masa tersebut, yang berimbas pada mewabahnya demam musik New Wave dan Synth ( Munculnya scene "New Romantics" yang singkat juga nantinya akan memberi inspirasi pada Goth Subculture ). Sementara itu punk rock masih memiliki akar yang menancap dalam kelompok post-punk, yang entah bagaimana telah berubah menjadi lebih gelap dengan seringnya ditampilkan tema-tema introspektif, surreal, dan kelam ( Semisal Joy Division dan Siouxsie and the Banshees ).

 Dari post-punk, elemen-elemen nya membentuk genre turunan baru yang terinspirasi dari beberapa genre pendahulunya : Positive Punk ( Adalah nama lain dari Goth Rock ) dinamakan demikian karena tema yang diangkat sudah jarang mengenai anti-pemerintahan, pemberontakan, dan anarkisme yang diganti dengan tema kegelapan, sikologis, surrealisme, dan yang berhubungan, dalam kemasan yang cenderung eerie. Beberapa band punk juga masih bernafas, dan dalam bentuk yang lebih gelap masih menelurkan karya-karya bagus walaupun mungkin sudah tidak sekental punk rock asli ( misal The Damned "Phantasmagoria", yang lebih mainstream friendly dan mengenalkan Dave Vanian dalam tampilan baru : Frilly Poet Shirt dan White Streaks ).

 Genre ini kemudian terus berkembang. Muncul band-band bagus yang bisa dibilang merupakan ciri khas goth music yang sebenarnya seperti Bauhaus, The Cure ( Album awal seperti Pornography dan Faith ), Skeletal Family, Sisters of Mercy, The March Violets, Lords of the New Church, dan lain sebagainya. Varian baru juga muncul bersamaan dengan berdirinya klab malam "Batcave" dengan band-band seperti Alien Sex Fiend, Specimen, dan Sex Beat. Sementara di belahan bumi lain ada Xmal Deutschland dari Jerman, Dead Can Dance dan Nick Cave dari Australia, Clan of Xymox asal Belanda,  serta Christian Death dan 45 Grave dari Amerika Serikat misalnya.

B. Menuju 1990-an
Sekitar masuk 90an musik goth mulai dikombinasi dengan elemen lain dan terjadi keberagaman sound yang lebih banyak. Sebelumnya pada pertengahan 80an histeria Positive Punk juga sudah mulai luntur, dengan bubarnya Bauhaus. Beberapa klab malam akhirnya lebih sering diisi oleh penampilan Sisters of Mercy yang lebih hard rock / experimental. Ciri sound Sisters of Mercy kemudian mulai mendominasi Goth Rock scene saat itu, lebih dinamis dan menurut saya pribadi sangat enak untuk dibawa berdansa :). Goth juga cenderung menyukai genre lain seperti Industrial ( Skinny Puppy, SPK, Wumpscut, dll ), New Wave ( Depeche Mode, Wolfsheim, The Human League ), Ethereal ( Dead Can Dance ), Synth dan lain-lain, lalu elemen-elemen dari genre ini juga dicampurkan dalam musik goth, dan muncullah varian - varian baru yang tidak kalah menarik. Beberapa yang saya sukai adalah London After Midnight, Corpus Delicti ( Hampir mirip dengan style Bauhaus ), The Merry Thoughts, Die Laughing, Fields of the Nephilim, dan  Clan of Xymox ( yang semakin menjurus ke Synth pop ).

Di era-era ini kemudian mulai diikuti dengan tren lain seperti Fashion dan Lifestyle. Sebenarnya jauh sebelum tahun 90an Goth Fashion sudah dominan digunakan di klub-klub malam, dan dalam kehidupan sehari-hari, hanya saja di era ini pemakaiannya tidak seberagam dan sebanyak era pertengahan 80-awal 90an. Dave Vanian, frontman "The Damned" bisa dibilang merupakan tokoh yang harus disebut bila membahas Goth Fashion, karena saat itu ( mungkin juga sebelumnya, saya kurang yakin ) dia sudah memakai pakaian yang mencirikan Goth Fashion setiapa hari, bahkan diluar panggung. Ditambah lagi profesi Mr. Vanian sebelumnya adalah seorang penggali kubur, dan dia sempat sering tampil seperti Dracula lengkap dengan cape dan walking stick. Style Goth Fashion sendiri sangat beragam mulai dari :

  • Batcave & Deathrock : Sangat mencolok dengan make-up ekstrim, lapis demi lapis stoking yang berlubang-lubang dan sobek dan tidak hanya dipakai di kaki, melainkan dimana-mana, death hawk atau mohawk dengan cara disisir sasak, dan image horror klasik dan B-movie. Tentunya berhubungan erat dengan musik Batcave, Goth rock, dan Deathrock.
  • Trad Goth / Oldschool Goth :  Rambut "besar" yang ditata dengan cara menyisir rambut ke arah dalam, mungkin mirip teknik sasak, hanya saja dibiarkan awut-awutan, jaket kulit, fishnet, serba hitam, kacamata hitam bahkan saat malam hari, winklepickers dan lain-lain. Sangat berhubungan dengan Darkwave, Goth Rock, Deathrock, Batcave dan musik goth original, hanya saja tidak semorbid dan se "nyeleneh" Batcave / Deathrock.
  • Victorian, Romantic, Rococo, Baroque : Pakaian bernuansa masa silam dari beberapa era. Mereka juga tentunya masih mengapresiasi musik goth ( Darkwave, deathrock, goth rock ), plus tambahan biasanya mereka sangat menyukai musik klasik. 
Setidaknya tiga style itulah yang sangat dominan. Namun ada juga style lain yang menjadi debat apakah itu termasuk goth fashion atau tidak, karena pada dasarnya tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan musik Gothic Rock seperti:

  • Gothic Lolita, Elegant Gothic Aristocrat : Mengambil unsur dari fashion masa lampau seperti Victorian dan lain-lain, namun kebanyakan menggambarkan pakaian untuk remaja umur belasan di era itu dengan misalnya rok mengembang selutut, petticoat, ringlet ala era rococo, dll. Muncul dan berkaitan dengan pergerakan musik Visual Kei di jepang ( Malice Mizer, Gazette, dll )
  • Cyber "Goth" : Warna-warna neon, platform boots, cyberlox ( yaitu sejenis "rambut" sintetis dari selang plastik, pipa plastik, spons, dll ), dreadfalls, goggle, masker, bondage pants / tripp pants, PVC, dan leg warmer berbulu. Muncul dan berkaitan dengan pergerakan musik Dark Electro, Aggrotech, Industrial Dance, dan EBM.
  • Steampunk : Gabungkan Victorian Fashion dengan tema-tema fiksi ilmiah masa lampau seperti karya Jules Verne, dan voila ! penjelajah waktu, petualang, dan bajak laut udara. Mengenakan goggle, top hat, elemen roda gigi, dll. Ada genre musiknya sendiri yang sepertinya memiliki elemen berbeda-beda, namun intinya musik/band tersebut memiliki back story. Band Abney Park, salah satu band steampunk paling terkenal dan paling berpengaruh dulunya merupakan band Gothic Rock.
  • Nu Goth / Pastel Goth : Ini adalah style yang belakangan ini memicu banyak reaksi, baik negatif maupun positif. Pastel goth pada dasarnya hampir mirip dengan lolita, hanya saja lebih modern dan dominan warna pastel, sedangkan Nu Goth adalah apa yang terjadi bila anda menabrakkan hipster dengan goth. Dari segi musik pastel goth lebih dekat dengan visual kei, sementara nu goth biasanya lebih mengapresiasi shoegaze, dan witch house. 
Dari yang saya sebutkan diatas, kebanyakan style memiliki hubungan dengan musik, jadi intinya musik yang mempengaruhi style, bukan style yang mempengaruhi musik. Namun menjadi salah satu dari semua kategori tidaklah harus melulu menjadi stereotype, tentu saja goth memiliki rasa dan selera sendiri-sendiri yang mungkin sangat beragam dalam satu orang saja, and that is totally fine. Adalah pribadi yang mendikte style, bukan style yang mendikte kepribadian. 

Kembali ke musik, goth music memiliki unsur yang beragam. Elemen utama tentu saja Goth Rock, lalu ada Deathrock, Post-punk, Wave ( Wave memiliki banyak genre turunan, seperti misal Darkwave, Neo-classical Darkwave, Ethereal Wave, No Wave, dll ), Ethereal, Glam Rock, Industrial, bahkan kemudian masuk elemen musik klasik. Pada dasarnya Goth banyak dipengaruhi scene-scene musik yang berkembang di tahun 80an dan era sekitar itu, maka tidak heran kalau banyak goth yang menyukai hal-hal lain seperti New Romantics, dan New Wave yang catchy dan termasuk mainstream saat tu, namun bukan berarti musik tsb Goth, hanya musik yang cenderung disukai Goth. Begitu pula dengan Industrial, walaupun ada banyak goth yang menggemari Industrial, Industrial bukanlah Goth Music. Metal juga bukan, walaupun metal memiliki fanbase juga dalam subkultur goth. Menurut saya pribadi musik goth adalah Goth Rock, Deathrock, Darkwave. Mendengarkan dan menyukai musik lain tentu saja boleh, dan itu keren.. dan akan menambah wawasan kita tentang musik. But at least, you have to know the differences. 


Bahasan tentang subkultur ini tentu saja berorientasi opini / pendapat, dan pendapat memiliki ruang terbuka untuk koreksi atau tambahan. Namun apabila anda melihat dan membaca topik serupa di forum diskusi, goth blogs, website tentang goth, ataupun dari goth lain, jawabannya kebanyakan hampir serupa, tergantung dari penyampainya. 

Dibagian 2 saya akan membahas lebih jauh tentang miskonsepsi, kontroversi, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan Goth Subculture. Saya harap entri ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan, kita sama-sama belajar, dan informasi adalah sesuatu yang tidak pernah mengenyangkan :). Stay tune ! 


With love and dementia,



SATURNUS.

NB: Helpful links tentang musik dan subkultur goth: