2. Miskonsepsi
Seiring perkembangannya, Goth mulai lebih bertambah peminatnya, dan otomatis semakin sering terdengar oleh kalangan awam. Goth yang pada awalnya terdiri dari orang-orang yang memiliki faham serupa dalam menilai musik, estetika, dan lain sebagainya mulai menarik minat orang lain yang beberapa bahkan tidak mengapresiasi musiknya, atau bahkan tidak tahu menahu apakah Goth itu sebenarnya. Selain itu Goth juga menjadi semacam konsumsi media, karena image Goth sendiri yang gelap, dan kadang cenderung provokatif karena dalam Goth sendiri tidak ada lagi batas tabu dan tidak, Goth cenderung mengangkat tema seperti kematian, kegelapan, dan kengerian yang merupakan hal-hal ganjil dan tabu dalam budaya awam. Goth kemudian mulai dihubung-hubungkan dengan hal-hal ( yang tidak sepenuhnya benar ) seperti satanisme, kecenderungan bunuh diri, masokisme dan sadisme, kriminalitas, dan terrorisme.
Goth yang pada awalnya adalah sebuah scene musik penuh kreatifitas dalam bentuk yang lebih gelap, berangsur-angsur menjadi sebuah ancaman terhadap budaya mainstream populer serta kehidupan sosial dalam arti luas, yang walaupun lebih sering tidak benar karena anggapan-anggapan tersebut tidak lebih dari sekadar upaya mengkambing-hitamkan Goth. Mulailah terbentuk situasi dimana orang-orang mengecam Goth dan menuduhnya sebagai budaya sampah dan berbahaya, ada yang mengecam Goth karena dianggap merusak moral, mempromosikan seks bebas, narkoba, sekte, bunuh diri, pembunuhan, dan kejahatan.
A. GOTH POSEUR & MALLGOTH
Penimpaan tuduhan dan hujatan tersebut diperparah dengan munculnya.. VARIETAS baru yang kita sebut sebagai "Goth Poseur" ( sering disebut juga Mallgoth ), yang diatas segalanya, menyebut dan menggembar-gemborkan diri mereka sebagai goth serta membawa hal-hal tersebut terlalu jauh. Mereka ini.. para Mallgoths, yang kebanyakan tidak tahu menahu dan tidak mendengarkan Goth Rock, Deathrock, atau Darkwave, seringnya hanyalah sekelompok remaja puber yang sedang dalam fase pencarian jati diri. Dalam fase ini remaja cenderung untuk mencoba-coba tanpa pikir panjang, dan mulai meniru-niru. Mallgoth cenderung beranggapan bahwa musik Goth adalah band-band seperti Slipknot, Marilyn Manson, Evanescence, Cradle of Filth, dan band-band yang bukan Goth Rock namun memang memiliki tema-tema dan tampilan panggung yang gelap. Mereka juga seringnya mencoba untuk tampil sesangar mungkin dalam artian yang buruk dan seringnya tidak sesuai satu sama lain. Kebanyakan mereka juga beranggapan bahwa menjadi Goth berarti harus terlihat selalu depresi, marah, dan mengutuk seluruh isi bumi hingga akar-akarnya, walaupun sebenarnya tidak ada yang salah dengan hidup mereka.
Kemungkinan Pemicu :
- Merebaknya histeria musik alternatif yang cenderung gelap yang mengambil unsur estetika dari Goth culture ( atau lebih tepatnya Dark Imagery ), walaupun musik mereka jauh dari sound Goth Rock / Deathrock / Darkwave. Band-band yang bisa masuk dalam kategori ini mungkin seperti Korn, Marilyn Manson, Slipknot, Evanescence, dan beberapa band metal seperti Nightwish dan Cradle of Filth.
- Band-band tersebut memiliki pangsa pasar mainstream yang lumayan banyak, ditambah lebih sering muncul di televisi. Beberapa media kemudian memberi label band-band tersebut sebagai Goth tanpa memperdulikan nuansa musik yang mereka bawakan.
- Pemirsa-pemirsa muda yang belum tahu-menahu tentang Goth terpesona dengan suguhan musik dan image yang dibawakan, mereka mendengar bahwa hal tersebut diberi label "Goth" oleh media
- Mereka mulai tampil sedemikian rupa : menjadikan diri mereka seseram mungkin, termasuk berlaku sedramatis mungkin dengan seperti duduk diam di sudut ruangan, melihat sekeliling dalam tatapan benci, mengaku-ngaku sebagai pemuja setan, dan mengglamorisasikan bunuh diri dan pembunuhan.
- Ditambah kebanyakan kaum-kaum muda seperti ini mengalami bullying di sekolahnya karena penampilan mereka, yang mungkin juga terjadi karena mereka mengambil sisi gelap itu terlalu berlebihan.
Poseurisme ini kemungkinan tidak akan menemui rantai terakhir dalam waktu dekat. Masih terdapat miskonsepsi yang kental yang disebarluaskan oleh persepsi keliru masyarakat dan media tentang Goth culture. Musik-musik non-Goth juga masih wara-wiri mengibarkan label "Goth" mereka, dan masih banyak stok remaja puber yang masih dalam tahap pencarian jati diri yang siap menyerap semua hal itu tanpa pembahasan, investigasi, dan pikir panjang.
Apakah poseurisme ini mengganggu ? Tentu, terutama untuk para Goth, yang sebenarnya melakukan hal-hal gelap tersebut dalam batas seni dan kreatifitas. Mereka yang hidup bahagia namun sangat amat mencintai literatur Gothic misalnya jadi ikut-ikutan dituding sebagai pemuja setan atau lainnya. Mereka yang tampil indah dalam balutan gaun-gaun gelap, korset, dan parasol dicap oleh orang-orang yang tidak mengerti sebagai pecundang, pembunuh, dan maniak bunuh diri. Hal-hal ini tentu sangat mengesalkan, dan sudah sepantasnya dihentikan. Goth hanya senang mengaplikasikan seni dalam bentuk lebih gelap dalam hampir setiap sendi kehidupannya, termasuk make-up, pakaian, dekorasi ruangan, dan lain sebagainya.
B. GOTH : MITOS & FAKTA
Kita sudah membahas bahasan umum dan lumayan panjang tentang konsep dasar miskonsepsi Goth culture dan akibatnya pada kehidupan sosial masyarakat awam maupun keadaan dalam scene goth itu sendiri. Kali ini saya akan menuliskan beberapa hal yang sering dikatakan orang tentang goth, diikuti anggapan saya tentang hal tsb apakah MITOS atau FAKTA :
SEMUA GOTH SELALU MEMAKAI SERBA HITAM TANPA WARNA LAIN : MITOS
Goth memiliki kecenderungan untuk menyukai warna-warna gelap, dan hitam merupakan warna tergelap. Namun bukan berarti mereka tidak pernah memakai warna lain, bahkan warna pink bisa terlihat Gothic bila dipadu-padankan dengan hal yang tepat. Namun memang benar ada pula banyak Goth yang lebih memilih warna hitam dan monokrom saja, dan itupun sama kerennya dengan warna lain.
GOTH ADALAH TENTANG DEPRESI DAN KESEDIHAN : MITOS
Penggambaran suasana sedih, gelap, dan brooding hanyalah sebatas estetika seni, bisa dalam lirik lagu atau visual. Beberapa Goth memang memiliki masalah dengan Depresi, seperti halnya banyak juga orang lain yang bukan Goth. Kondisi mental seseorang tidak ada hubungannya dengan mengapa orang tersebut menjadi Goth.
SEMUA GOTH ADALAH PEMUJA SETAN : MITOS
Agama dan kepercayaan tidak ada hubungannya dengan ke-Gothic-an seseorang. Walaupun beberapa band seperti Christian Death ( terutama album Only Theatre of Pain ) menyuguhkan lirik-lirik berbau anti-agama dan menyinggung "Satan is by far the kindest beast" bukan berarti semua Goth adalah satanis. Tentu ada segelintir Goth yang memeluk keyakinan tersebut, namun masih banyak juga yang tidak. Seperti halnya masyarakat luas, dalam Goth terdapat berbagai macam orang dengan latar belakang relijius yang berbeda-beda pula.
DALAM GOTH CULTURE TOLERANSI SANGAT DIJUNJUNG TINGGI : FAKTA
Dalam Goth Culture tidak ada orang yang takut untuk menjadi dirinya sendiri : Tidak ada yang takut mengakui bahwa dia adalah seorang Gay, Lesbian, Biseksual, atau Transgender, tidak ada yang takut untuk memeluk agama tertentu, tidak ada yang malu karena warna kulit dan ras, dan juga tidak akan ada orang yang mengejek seseorang karena dia gay, berkulit hitam, difabel, dan lain sebagainya. Namun tentu saja selalu ada telur busuk didalam sekumpulan telur-telur berkualitas, selalu ada orang-orang yang menghina orang lain hanya karena mereka berbeda. Namun jumlah telur busuk tersebut sangatlah sedikit daripada jumlah goth yang memang menjunjung tinggi toleransi dan anti diskriminasi.
ANDROGINITAS ADALAH HAL YANG BIASA DALAM GOTH CULTURE : FAKTA
Goth memiliki kebebasan estetik yang sangat mengagumkan, termasuk dalam berpakaian. Androginitas, yang juga dominan di era 80-an dengan orang-orang seperti Boy George dan Pete Burns juga berdampak pada Goth Culture. Lihat saja bagaimana banyak pria goth yang memakai make-up, bahkan berdandan seperti perempuan, memakai rok, gaun, dan lain sebagainya. Hal tersebut tentu tidak memiliki hubungan langsung dengan orientasi seksual mereka, banyak pria goth yang memakai rok ternyata pria tulen dan straight, bahkan menjadi alternative model dan menghasilkan uang dengan aspek androginitasnya itu. Tentu saja pilihan untuk tampil Androgynous adalah pilihan, tidak semua Goth berpenampilan seperti lawan jenis.
MUSIK METAL = GOTH : MITOS
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, Metal dan Goth adalah dua subkultur yang berbeda. Walaupun memang ada genre fusi dari keduanya ( Gothic Metal ) namun genre tersebut lebih mencirikan karakteristik musik Metal daripada Goth Rock. Goth yang menyukai metal tentu boleh-boleh saja, karena pada dasarnya itu hak pribadi. But still.. menjadi Goth setidaknya harus mendengarkan Goth Rock. Hanya karena Metalheads juga cenderung menyukai tema gelap dan pakaian hitam tidak serta merta mereka ada hubungannya dengan Goth culture yang memiliki kecenderungan sama.
Malahan, ada suatu fenomena unik dimana Goth dan Metalheads saling membenci satu sama lain. Fenomena itu mungkin tidaklah seluas yang kita kira, namun memang benar ada. Dari yang saya amati beberapa Metalheads membenci Goth karena image Goth yang lebih feminim dan mendukung crossdressing ( berdandan seperti lawan jenis ), begitu pula sebaliknya.
GOTH TIDAK DIPERBOLEHKAN MENDENGAR MUSIK NON-GOTH : MITOS
Ini adalah persepsi bodoh dan berlebihan. Tentu saja Goth boleh mendengarkan musik lain yang bukan goth. Lihat saja betapa banyak Goth yang bahkan menyukai Lady Gaga. Di masa awal perkembangannya sendiri banyak juga Goth yang menyukai musik mainstream non-goth seperti New Wave dan Elektronika misalnya. Beberapa lagu yang dibawakan musisi Non-Goth juga sering terselip dalam kompilasi dan Mixtape Gothic, seperti misalnya Depeche Mode, Soft Cell, Ultravox, B-Movie ( band futuris ), Tori Amos, bahkan Enya dan Duran Duran.
SEMUA GOTH BERDANDAN GOTHIC : TIDAK SELALU
Mari kita beri contoh : Bagaimana kita tahu seseorang benar-benar goth hanya dari penampilan saja ? Pria berumur sekitar 40an yang duduk di sebuah kedai kopi, memakai polo shirt hitam dan menikmati kopinya.. ternyata tahu dan hafal semua studio release dari band Sisters of Mercy. Gadis sederhana dalam balutan kemeja biru itu ternyata adalah penggemar setia Switchblade Symphony. Pekerja kantoran itu di waktu senggangnya suka menikmati karya - karya cerita dan puisi Edgar Allan Poe serta membaca banyak literatur Gothic. Penjaga perpustakaan yang pendiam yang memakai blouse putih itu mempunyai koleksi album Sopor Aeternus yang lumayan lengkap. Saya cukup percaya diri untuk menyebut mereka Goth walau mereka tidak berdandan seperti Goth.
Sebab poin utama dalam Goth culture menurut saya adalah apresiasi terhadap Goth Music. Fashion dan lain-lain bisa dimasukkan ke poin tambahan.
Mungkin pembaca sekalian memiliki fakta / mitos tentang Goth yang pernah didengar ? Share them with me.. :)
With love and dementia,
SATURNUS.
Currently listening to :Angels of Liberty - Black Madonna
NB: BACA JUGA :
Fact or Fiction ? : Goth Myths by Amy Asphodel
Myths and Stories: Goth Stereotypes. by Gothtypes wikia
MYTHS ABOUT GOTHIC totally must read buat yang tidak terlalu suka pembahasan yang terlalu panjang
Gothic Myths and Gothic Facts. One more interesting article.
SEMUA GOTH ADALAH PEMUJA SETAN : MITOS
Agama dan kepercayaan tidak ada hubungannya dengan ke-Gothic-an seseorang. Walaupun beberapa band seperti Christian Death ( terutama album Only Theatre of Pain ) menyuguhkan lirik-lirik berbau anti-agama dan menyinggung "Satan is by far the kindest beast" bukan berarti semua Goth adalah satanis. Tentu ada segelintir Goth yang memeluk keyakinan tersebut, namun masih banyak juga yang tidak. Seperti halnya masyarakat luas, dalam Goth terdapat berbagai macam orang dengan latar belakang relijius yang berbeda-beda pula.
DALAM GOTH CULTURE TOLERANSI SANGAT DIJUNJUNG TINGGI : FAKTA
Dalam Goth Culture tidak ada orang yang takut untuk menjadi dirinya sendiri : Tidak ada yang takut mengakui bahwa dia adalah seorang Gay, Lesbian, Biseksual, atau Transgender, tidak ada yang takut untuk memeluk agama tertentu, tidak ada yang malu karena warna kulit dan ras, dan juga tidak akan ada orang yang mengejek seseorang karena dia gay, berkulit hitam, difabel, dan lain sebagainya. Namun tentu saja selalu ada telur busuk didalam sekumpulan telur-telur berkualitas, selalu ada orang-orang yang menghina orang lain hanya karena mereka berbeda. Namun jumlah telur busuk tersebut sangatlah sedikit daripada jumlah goth yang memang menjunjung tinggi toleransi dan anti diskriminasi.
ANDROGINITAS ADALAH HAL YANG BIASA DALAM GOTH CULTURE : FAKTA
Goth memiliki kebebasan estetik yang sangat mengagumkan, termasuk dalam berpakaian. Androginitas, yang juga dominan di era 80-an dengan orang-orang seperti Boy George dan Pete Burns juga berdampak pada Goth Culture. Lihat saja bagaimana banyak pria goth yang memakai make-up, bahkan berdandan seperti perempuan, memakai rok, gaun, dan lain sebagainya. Hal tersebut tentu tidak memiliki hubungan langsung dengan orientasi seksual mereka, banyak pria goth yang memakai rok ternyata pria tulen dan straight, bahkan menjadi alternative model dan menghasilkan uang dengan aspek androginitasnya itu. Tentu saja pilihan untuk tampil Androgynous adalah pilihan, tidak semua Goth berpenampilan seperti lawan jenis.
MUSIK METAL = GOTH : MITOS
Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya, Metal dan Goth adalah dua subkultur yang berbeda. Walaupun memang ada genre fusi dari keduanya ( Gothic Metal ) namun genre tersebut lebih mencirikan karakteristik musik Metal daripada Goth Rock. Goth yang menyukai metal tentu boleh-boleh saja, karena pada dasarnya itu hak pribadi. But still.. menjadi Goth setidaknya harus mendengarkan Goth Rock. Hanya karena Metalheads juga cenderung menyukai tema gelap dan pakaian hitam tidak serta merta mereka ada hubungannya dengan Goth culture yang memiliki kecenderungan sama.
Malahan, ada suatu fenomena unik dimana Goth dan Metalheads saling membenci satu sama lain. Fenomena itu mungkin tidaklah seluas yang kita kira, namun memang benar ada. Dari yang saya amati beberapa Metalheads membenci Goth karena image Goth yang lebih feminim dan mendukung crossdressing ( berdandan seperti lawan jenis ), begitu pula sebaliknya.
GOTH TIDAK DIPERBOLEHKAN MENDENGAR MUSIK NON-GOTH : MITOS
Ini adalah persepsi bodoh dan berlebihan. Tentu saja Goth boleh mendengarkan musik lain yang bukan goth. Lihat saja betapa banyak Goth yang bahkan menyukai Lady Gaga. Di masa awal perkembangannya sendiri banyak juga Goth yang menyukai musik mainstream non-goth seperti New Wave dan Elektronika misalnya. Beberapa lagu yang dibawakan musisi Non-Goth juga sering terselip dalam kompilasi dan Mixtape Gothic, seperti misalnya Depeche Mode, Soft Cell, Ultravox, B-Movie ( band futuris ), Tori Amos, bahkan Enya dan Duran Duran.
SEMUA GOTH BERDANDAN GOTHIC : TIDAK SELALU
Mari kita beri contoh : Bagaimana kita tahu seseorang benar-benar goth hanya dari penampilan saja ? Pria berumur sekitar 40an yang duduk di sebuah kedai kopi, memakai polo shirt hitam dan menikmati kopinya.. ternyata tahu dan hafal semua studio release dari band Sisters of Mercy. Gadis sederhana dalam balutan kemeja biru itu ternyata adalah penggemar setia Switchblade Symphony. Pekerja kantoran itu di waktu senggangnya suka menikmati karya - karya cerita dan puisi Edgar Allan Poe serta membaca banyak literatur Gothic. Penjaga perpustakaan yang pendiam yang memakai blouse putih itu mempunyai koleksi album Sopor Aeternus yang lumayan lengkap. Saya cukup percaya diri untuk menyebut mereka Goth walau mereka tidak berdandan seperti Goth.
Sebab poin utama dalam Goth culture menurut saya adalah apresiasi terhadap Goth Music. Fashion dan lain-lain bisa dimasukkan ke poin tambahan.
Mungkin pembaca sekalian memiliki fakta / mitos tentang Goth yang pernah didengar ? Share them with me.. :)
With love and dementia,
SATURNUS.
Currently listening to :Angels of Liberty - Black Madonna
Fact or Fiction ? : Goth Myths by Amy Asphodel
Myths and Stories: Goth Stereotypes. by Gothtypes wikia
MYTHS ABOUT GOTHIC totally must read buat yang tidak terlalu suka pembahasan yang terlalu panjang
Gothic Myths and Gothic Facts. One more interesting article.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar